Kegiatan Menyenangkan bersama Masyarakat Sasaran

“Life moves pretty fast. If you don’t stop and look around once in a while,

you could miss it.”

 Ferris Bueller

            Di luar kegiatan program kerja KKNbD yang telah saya rancang, saya melakukan beberapa kegiatan menyenangkan dengan para masyarakat sasaran walaupun tidak semuanya. Hal ini lakukan untuk mendapatkan pengalaman, ilmu baru, dan menikmati waktu liburan ditengah kegiatan KKNbD. Saya tidak ingin melewatkan waktu tanpa mendapatkan hal yang berkesan dan berguna untuk bekal masa depan saya. Saya tetap merasa lelah dan juga tertekan dikarenakan terlalu banyak hal yang terjadi, namun dengan kegiatan-kegiatan menyenangkan yang saya lakukan ini, hal negatif yang menghantui saya, rasanya tidak seburuk ketika saya membiarkannya dalam renungan.

            Di waktu luang untuk mengistirahatkan otak saya yang terus berpikir mengenai proker, jadwal, blog, tugas di organisasi, program dengan Iwate University, tugas sebagai seorang anak dan kakak, yang melelahkan. Saya melakukan kegiatan yoga dan belajar menari Bali dengan Intan Saraswati yang merupakan salah satu masyarakat sasaran saya. Ia adalah anak yang berbakat di bidang tari, sudah banyak penghargaan yang Ia dapatkan sejak kecil.

            Dengan melakukan yoga entah kenapa rasanya rasa berat yang selalu saya bawa perlahan terasa  lebih ringan. Selain itu, belajar tari Bali juga sangat membantu meredakan stres karena yang saya pikirkan saat latihan adalah bagian dari tarian bukan hal-hal negatif yang terus menggrogoti kewarasan saya. Belajar tari Bali merupakan keinginan saya sejak kecil, namun tidak pernah terealisasikan. Saya bersyukur bisa belajar menari sebelum saya pergi ke Jepang, dengan ini saya bisa menampilkan kebanggaan Bali dan mengenalkannya kepada orang-orang di sana. Walaupun saat ini saya baru hanya menguasai 2 tarian, saya akan belajar lagi dan lagi, dan ini sebenarnya sudah jauh lebih baik dari pada tidak memiliki kemampuan menari sama sekali.

            Kegiatan selanjutnya yang saya lakukan adalah bermain Genshing Impact. Game ini lebih seperti game untuk para otaku (orang yang sangat menyukai anime). Saya bermain bersama Juan. Game ini bergenre petualangan dan bahasanya dapat diatur ke dalam bahasa Jepang. Game ini sangat menyenangkan. Saat ini sudah terbukan map baru untuk daerah Jepang. Grafiknya dibuat semirip mungkin dengan Jepang, di sana sambil bermain saya menjelaskan beberapa hal mengenai Jepang. Misalnya saja tentang gerbang merah yang ada sebelum bangunan yang berbentuk kuil. Saya menjelaskan bahwa garbang merah itu bernama “Torii” dan bukannya tori (burung). Torii ini merupakan sebuah gerbang pembatas antara tempat tinggal manusia dengan kawasan sakral (tempat suci dewa di kepercayaan Shinto). Torii biasanya diletakkan di depan kuil sebagai pintu gerbang kuil. Namun selain di darat Torii juga di bangun di perairan. Pembahasannya tidak terlalu dalam, tapi setidaknya informasi dasarnya mudah untuk diingat.

             Lalu kegiatan makan bersama kimchi lobak saat kegiatan belajar bersama kelompok 1 dan 2, yang sebelumnya sudah pernah saya tulis di blog “Pengenalan Huruf Jepang Secara Offline”. Ketika melakukan persiapan untuk membuat kimchi, Ojis dan Intan membantu saya untuk menyiapkan bahan. Setelah semua bahan dicampurkan, perlu menunggu selama 2 jam agar kimchi tersebut enak untuk dimakan. Mereka terlihat lucu ketika menunggu kimchi tersebut siap untuk dimakan. 2 jam kemudian, kami  semua mengambil nasi dan mulai berbagi kimchi yang telah siap untuk dimakan. Namun, sayang sekali, kimchinya terlalu asin. Sepertinya saya terlalu bersemangat sampai lupa untuk mencicipi terlebih dahulu sebelum manambahkan air garam. Kami hanya bisa tertawa dan menikmatinya dengan kuah sup agar rasa asinnya tidak terlalu terasa. Sangat lucu, tapi kata mereka, rasanya teteap enak.

“Change is painful, but nothing is as painful as staying stuck somewhere you don’t belong.”

  Mandy Hale

            Kesehatan mental sangatlah berpengaruh besar untuk menekan kemungkinan untuk penyakit fisik yang mematikan. Selama kegiatan KKNbD di tengah pandemi ini ada begitu banyak kabar dan situasi yang sangat menekan mental saya. Tekanan-tekanan ini pernah satu hari membuat saya benar-benar tidak bisa berpikir apapun ataupun melakukan apapun. Namun syukurlah saya bisa keluar dari ruang gelap itu lewat melakukan aktifitas-aktifitas yang menyenangkan dan bertemu dengan orang lain entah secara daring atau tatap muka langsung. 

Tentang Penulis