Kegiatan Menyenangkan bersama Masyarakat Sasaran
- Oleh Luh Lindayani
- Thursday 05/08/2021
- Kelompok 114, Kelompok, Kelompok
“Life moves pretty fast. If you don’t stop
and look around once in a while,
you could miss it.”
Ferris Bueller
Di luar kegiatan program kerja
KKNbD yang telah saya rancang, saya melakukan beberapa kegiatan menyenangkan
dengan para masyarakat sasaran walaupun tidak semuanya. Hal ini lakukan untuk
mendapatkan pengalaman, ilmu baru, dan menikmati waktu liburan ditengah
kegiatan KKNbD. Saya tidak ingin melewatkan waktu tanpa mendapatkan hal yang
berkesan dan berguna untuk bekal masa depan saya. Saya tetap merasa lelah dan
juga tertekan dikarenakan terlalu banyak hal yang terjadi, namun dengan
kegiatan-kegiatan menyenangkan yang saya lakukan ini, hal negatif yang
menghantui saya, rasanya tidak seburuk ketika saya membiarkannya dalam
renungan.
Di waktu luang untuk
mengistirahatkan otak saya yang terus berpikir mengenai proker, jadwal, blog, tugas
di organisasi, program dengan Iwate University, tugas sebagai seorang anak dan
kakak, yang melelahkan. Saya melakukan kegiatan yoga dan belajar menari Bali
dengan Intan Saraswati yang merupakan salah satu masyarakat sasaran saya. Ia
adalah anak yang berbakat di bidang tari, sudah banyak penghargaan yang Ia
dapatkan sejak kecil.
Dengan melakukan yoga
entah kenapa rasanya rasa berat yang selalu saya bawa perlahan terasa lebih ringan. Selain itu, belajar tari Bali
juga sangat membantu meredakan stres karena yang saya pikirkan saat latihan
adalah bagian dari tarian bukan hal-hal negatif yang terus menggrogoti
kewarasan saya. Belajar tari Bali merupakan keinginan saya sejak kecil, namun
tidak pernah terealisasikan. Saya bersyukur bisa belajar menari sebelum saya
pergi ke Jepang, dengan ini saya bisa menampilkan kebanggaan Bali dan
mengenalkannya kepada orang-orang di sana. Walaupun saat ini saya baru hanya
menguasai 2 tarian, saya akan belajar lagi dan lagi, dan ini sebenarnya sudah
jauh lebih baik dari pada tidak memiliki kemampuan menari sama sekali.
Kegiatan selanjutnya yang
saya lakukan adalah bermain Genshing Impact. Game ini lebih seperti game untuk
para otaku (orang yang sangat menyukai anime). Saya bermain bersama Juan. Game
ini bergenre petualangan dan bahasanya dapat diatur ke dalam bahasa Jepang.
Game ini sangat menyenangkan. Saat ini sudah terbukan map baru untuk daerah
Jepang. Grafiknya dibuat semirip mungkin dengan Jepang, di sana sambil bermain
saya menjelaskan beberapa hal mengenai Jepang. Misalnya saja tentang gerbang merah
yang ada sebelum bangunan yang berbentuk kuil. Saya menjelaskan bahwa garbang
merah itu bernama “Torii” dan
bukannya tori (burung). Torii ini merupakan sebuah gerbang
pembatas antara tempat tinggal manusia dengan kawasan sakral (tempat suci dewa
di kepercayaan Shinto). Torii biasanya
diletakkan di depan kuil sebagai pintu gerbang kuil. Namun selain di darat Torii juga di bangun di perairan.
Pembahasannya tidak terlalu dalam, tapi setidaknya informasi dasarnya mudah
untuk diingat.
Lalu kegiatan makan bersama kimchi lobak saat
kegiatan belajar bersama kelompok 1 dan 2, yang sebelumnya sudah pernah saya
tulis di blog “Pengenalan Huruf Jepang Secara Offline”. Ketika
melakukan persiapan untuk membuat kimchi, Ojis dan Intan membantu saya untuk
menyiapkan bahan. Setelah semua bahan dicampurkan, perlu menunggu selama 2 jam
agar kimchi tersebut enak untuk dimakan. Mereka terlihat lucu ketika menunggu
kimchi tersebut siap untuk dimakan. 2 jam kemudian, kami semua
mengambil nasi dan mulai berbagi kimchi yang telah siap untuk dimakan. Namun,
sayang sekali, kimchinya terlalu asin. Sepertinya saya terlalu bersemangat
sampai lupa untuk mencicipi terlebih dahulu sebelum manambahkan air garam. Kami
hanya bisa tertawa dan menikmatinya dengan kuah sup agar rasa asinnya tidak
terlalu terasa. Sangat lucu, tapi kata mereka, rasanya teteap enak.
“Change is painful,
but nothing is as painful as staying stuck somewhere you don’t belong.”
Mandy Hale
Kesehatan mental sangatlah
berpengaruh besar untuk menekan kemungkinan untuk penyakit fisik yang
mematikan. Selama kegiatan KKNbD di tengah pandemi ini ada begitu banyak kabar
dan situasi yang sangat menekan mental saya. Tekanan-tekanan ini pernah satu
hari membuat saya benar-benar tidak bisa berpikir apapun ataupun melakukan
apapun. Namun syukurlah saya bisa keluar dari ruang gelap itu lewat melakukan
aktifitas-aktifitas yang menyenangkan dan bertemu dengan orang lain entah
secara daring atau tatap muka langsung.