MENYELAMI PESONA KEUNIKAN DAN POTENSI KEBUN KOPI INDUK ARABIKA PROVINSI BALI
- Oleh Kadek Dinda Pramestya
- Sunday 04/08/2024
- SATRA, KINTAMANI, Kabupaten Bangli
Penulis:
Dinda Pramestya, 2024
Sejarah dan Latar
Belakang
Kintamani, Bali, terkenal
dengan pemandangan alam yang menakjubkan dan udara yang sejuk. Daerah ini juga
memiliki keragaman dalam pertaniannya yakni seperti kebun jeruk, cengkeh dan
yang paling terkenal adalah kebun kopi Arabika yang memiliki sejarah panjang.
Kebun Kopi Induk Arabika Provinsi Bali, yang di pimpin dan di kelola langsung oleh
Pak Gusti Putu Kompyang, berdiri sejak tahun 1971 di atas tanah CTA (Cabutan
Tanah Asing) yakni tanah yang dulunya dimiliki oleh orang asing asal Cina dan
kemudian diambil alih serta dikelola oleh warga local, dan Kebun Induk Kopi
Arabika Provinsi Bali ini berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi. Terletak
di Dusun Kembang Sari, Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, kebun
ini memiliki peran penting sebagai sumber benih kopi dan pusat pelatihan bagi
petani kopi.
Fungsi dan Peran Kebun
Kopi
Kebun Kopi Induk Arabika
Provinsi Bali tidak hanya berfungsi sebagai pusat produksi kopi, tetapi juga
sebagai tempat pelatihan, percontohan, dan pembelajaran tentang kopi. Kebun ini
menyediakan benih kopi untuk masyarakat lokal dan luar daerah yang ingin
belajar budidaya kopi. Dengan luas total 20 hektar, kebun ini terbagi menjadi
dua bagian, yakni bagian timur dan barat, masing-masing seluas 10 hektar. 1
hektar bagian timur di khususkan untuk benih pembibitan dan 9 hektar lainnya
ditanami beberapa varietas kopi, termasuk varietas S795 yang dulu terkenal
dikalangan penikmat kopi. Namun, seiring berjalannya waktu, varietas S795 mulai
tergeser oleh varietas lain seperti kopi kompyor, katrika, arabika, robusta dan
banyak lainnya sehingga diperlukan peremajaan pada pohon kopi setiap tahunnya.
Kondisi dan Tantangan
Kintamani memiliki iklim
yang sangat cocok untuk pertumbuhan kopi Arabika, dengan ketinggian 700-1500
meter di atas permukaan laut, suhu berkisar antara 15-24°C, dan curah hujan
1500-3000 mm per tahun. Namun, kebun ini menghadapi tantangan berupa penurunan
anggaran, terutama pada tahun 2024, yang berdampak pada upah para petani dan
pengelolaan kebun secara keseluruhan. Selain itu, curah hujan yang tinggi seperti
pada tahun 2022 dapat mempengaruhi proses pembuahan dan produksi, karena hujan
berkepanjangan dapat mengganggu penyerbukan akibat serbuk sari yang menggumpal,
sehingga produksi kopi baik dari segi kualitas dan kuantitaspun menurun.
Proses Pengolahan dan
Panen
Proses menghasilkan biji
kopi terbaik di kebun ini dimulai dengan persiapan lahan yang matang.
Pohon-pohon yang tidak berguna dibersihkan, tanah diolah, dan diberi pupuk
kandang. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, sekitar bulan September.
Setelah ditanam, tanaman kopi memerlukan perawatan khusus, termasuk pemangkasan
cabang dan pemotongan penaung untuk memastikan sinar matahari yang cukup.
Kopi Arabika biasanya dipanen sekali setahun, dengan jangka waktu 2-3 bulan. Proses panen atau pemetikan dibagi menjadi 3, yakni:
- Proses pemetikan pada buah yang matang lebih awal
- Proses panen petik merah, yaitu memetik buah kopi yang sudah matang berwarna merah
- Proses pemetikan “rut” memetic semua biji
kopi berwarna merah maupun hijau
Setelah panen, biji kopi
diolah melalui bebrapa proses yakni:
- Natural, yaitu penjemuran pasca panen
- Fullwash, yaitu hasil yang baru dipetik,
digiling dan dipisahkan dengan kulitnya
- Fermentasi, pencucian, dan penjemuran
hingga kadar airnya mencapai 11-12%
Namun Kebun Induk Kopi Arabika
Provinsi Bali ini hanya melakukan pengolahan sampai pada biji kopi kering atau
disebut dengan “Greenbean”.
Kontribusi Ekonomi dan
Pariwisata
Kebun kopi ini memberikan
kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal melalui penjualan kopi dan sebagai
sumber bibit bagi petani lokal. Kontribusi terbesar dari kebun ini adalah
penyerapan tenaga kerja lokal, yang memberikan penghidupan bagi banyak keluarga
di sekitar area. Selain itu, kebun ini memiliki potensi besar sebagai destinasi
agrowisata. Wisatawan dapat menikmati pengalaman belajar tentang kopi, dari
budidaya hingga proses pengolahan, sekaligus menikmati keindahan alam
Kintamani.
Harapan dan Pengembangan
Masa Depan
Kebun Kopi Induk Arabika
Provinsi Bali di Kintamani adalah contoh nyata bagaimana sebuah kebun kopi
dapat berperan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan
sejarah yang panjang, proses pengolahan yang detail, dan kontribusi besar
terhadap komunitas lokal, kebun ini adalah aset berharga yang patut
dilestarikan dan dikembangkan. Harapan ke depan adalah adanya dukungan lebih
dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan kebun ini, baik
sebagai sumber ekonomi maupun destinasi wisata edukatif. Melalui agrowisata dan
pengembangan lebih lanjut, kebun ini memiliki potensi untuk menjadi destinasi
wisata unggulan yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga
pengalaman edukatif tentang kopi.
Sumber: Wawancara langsung
dengan Kepala Perkebunan sekaligus Pengelola Kebun Induk Kopi Arabika Provinsi
Bali, Bapak Gusti Kompyang