Minggu ke-4: Pemeliharaan Ikan Cupang, Monitoring Kondisi Psikologis Masyarakat Sasaran, dan Evaluasi Kegiatan

Postingan blog ini akan menjadi postingan terakhir saya sekaligus menjadi laporan penutupan kegiatan. Gambar ikan cupang diambil pada tanggal 30-31 Juli 2020.

26-28 Juli 2020

Secara keseluruhan, tidak ada perubahan yang signifikan pada ikan milik Ryan, Lisa, dan Bapak Roy (yang saat itu sedang digantikan oleh putranya, Glen). Ikan milik Bryan sedang dalam masa penyembuhan dan pada tanggal 27 Juli 2020, ikan milik Bryan sudah sembuh. Meskipun begitu, ikan yang baru sembuh terkadang bisa saja rentan terhadap penyakit lain sehingga saya tetap memberitahukan Bryan untuk melakukan prosedur karantina akuarium sesuai dengan yang saya laporkan pada Blog sebelumnya.


29 Juli 2020

Saya memutuskan untuk melakukan kunjungan ke semua lokasi masyarakat sasaran saya. Ikan milik Bryan sudah sepenuhnya dapat dikatakan sembuh. Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada ikan milik Ryan dan Lisa. Ikan milik Bapak Roy yang saat itu sedang dipelihara oleh putranya justru didapati telah terkena penyakit White Spot, namun masih dalam tahap awal dikarenakan bintik putihnya masih sedikit dan kecil. Glen yang untuk sementara itu menggantikan bapaknya dalam menjalani program belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan ikan cupang yang baik dan benar sehingga gagal dalam mengidentifikasi ikan yang sakit, terutama apabila gejalanya masih awal. Saya memaklumi hal ini dan ikut membantu Glen dalam melakukan penanganan serta perawatan ikan cupang tersebut. Alasan terjadinya penyakit dan prosedur penyembuhan sama seperti kasus ikan cupang milik Bryan dan dapat dibaca pada Blog saya sebelumnya. Saya mengumumkan di Grup WhatsApp bahwa saya akan melakukan monitoring kondisi psikologis masyarakat sasaran melalui sesi wawancara secara face-to-face pada tanggal 31 Juli 2020 sekaligus menjadi penutup kegiatan.


30 Juli 2020

Monitoring Kondisi Psikologis: Bryan dan Sharon
Bryan dan Sharon meminta wawancara dimajukan karena mereka memiliki urusan keluarga pada tanggal 31 Juli 2020 sehingga saya memajukan jadwal mereka menjadi tanggal 30 Juli 2020. Secara keseluruhan, Bryan merasa senang dan tidak bosan terhadap program ini, terutama ketika ia menceritakan bahwa ikan cupangnya menjadi "teman" dalam melalui Masa Orientasi Siswa (MOS) SMA yang dilakukan secara online. Tentu Bryan sedih ketika ikannya sakit namun sekarang bisa lega karena ikannya sudah sembuh. Sharon merasa tidak bosan terhadap program ini, namun dia masih menyayangkan kematian ikannya. Ketika ditanya apa kesulitan dan keluh kesah yang mereka miliki terhadap program ini, mereka berdua menjawab bahwa mengidentifikasi ikan sakit masih sulit bagi mereka. Bryan juga terkadang bingung apakah ikannya harus diberi pakan atau tidak ketika sedang sakit sehingga ia terkadang menanyakan langsung ke saya apakah ikannya perlu diberikan pakan atau tidak, sedangkan Sharon terkadang lupa untuk membersihkan akuariumnya. Saat ini (3 Agustus 2020), Sharon dan Bryan memiliki 5 ekor ikan Cupang (4 betina dan 1 jantan) yang 4 diantaranya merupakan pemberian dari orang tua mereka.

Ikan Cupang milik Bapak Roy, Ryan, dan Lisa
Ikan cupang milik bapak Roy masih dalam proses penyembuhan. Bapak Roy kembali dari luar kota pada hari itu dan sudah mendengar kabar mengenai ikannya yang sakit dari saya sebelumnya. Ikan milik Ryan dan Lisa masih dalam kondisi yang sehat, namun saya memberitahukan ke mereka untuk memberikan obat (hingga air menjadi sedikit biru muda) dan garam (setengah sendok teh untuk akuarium kecil dan 2 sendok teh untuk akuarium besar) pada akuarium sesekali waktu untuk menjaga kondisi ikan mereka.


31 Juli 2020

Monitoring Kondisi Psikologis: Ryan dan Lisa
Secara keseluruhan, kondisi ikan mereka yang paling sehat di antara masyarakat sasaran lain. Ryan merasa menjadi lebih senang ketika mengetahui bahwa ikan cupangnya berhasil hidup selama hampir 1 bulan, namun ia sempat kaget ketika ada busa di akuariumnya yang ternyata merupakan sarang gelembung ikan cupang. Lisa mengaku menjadi lebih terikat terhadap ikan cupang betina yang ia pelihara dan tidak bosan dalam menghabiskan waktu memelihara ikan tersebut. Ketika ditanya apa kesulitan dan keluh kesah yang mereka miliki terhadap program ini, Ryan menjawab bahwa ia masih ragu dalam memelihara ikan cupang warnanya bagus (seperti fancy atau nemo) sehingga ia memilih ikan cupang dengan warna standar ketika program ini dimulai. Lisa tidak memiliki kesulitan dalam memelihara namun ia terkadang merasa malas ketika harus membersihkan akuarium sehingga terkadang ia menitipkan akuariumnya ke Ryan agar dibersihkan. Ryan juga sedikit mengeluh mengenai harus membersihkan akuariumnya Lisa namun mereka berdua terlihat senang.

Perawatan Ikan Cupang dan Monitoring Kondisi Psikologis: Bapak Roy
Seperti yang saya perkirakan, ternyata ikan cupang Bapak Roy tidak bisa sembuh dalam waktu yang cepat sehingga saya harus mengakhiri program dengan kondisi ikannya masih dalam perawatan,  Saat ini (3 Agustus 2020), kondisi ikan Bapak Roy sudah lebih membaik namun belum bisa dikatakan sembuh, 

Pada tanggal 31 Juli 2020, saya menemui Bapak Roy di ruang kerja pribadinya yang merupakan salah satu ruangan di rumahnya. Sebelumnya, akuarium tersebut memang dipindahkan ke sana dari ruang tengah agar menemani beliau ketika bekerja. Bapak Roy merasa lebih tenang dan senang selama program ini berjalan, tentu saja beliau merasa sedih ketika mendapatkan kabar bahwa ikannya sakit dari saya dan putranya ketika sedang berada di luar kota. Beliau juga dengan nada bercanda memberitahukan ke saya bahwa beliau telah menamai ikannya "Spongebob". Ketika ditanya apa kesulitan dan keluh kesah yang beliau miliki terhadap program ini, beliau menjawab bahwa terkadang beliau tidak bisa memelihara ikannya karena urusan pekerjaan sehingga meminta anaknya untuk menggantikannya untuk sementara waktu.


Evaluasi Kegiatan:
Secara keseluruhan, masyarakat sasaran saya memberikan respon yang positif terhadap program ini. Tentu saja beberapa masyarakat sasaran juga memiliki permasalahan tersendiri seperti terjadinya penyakit dan mortalitas. Saya memaklumi hal ini karena ini merupakan pertama kalinya bagi mereka dalam memelihara ikan cupang. Dari pernyataan mereka, sebagian besar menilai bahwa memelihara ikan cupang merupakan hal yang "gampang-gampang susah". Mereka juga menyatakan bahwa program ini telah memberikan dampak yang positif secara psikologis, bahkan ada yang membeli ikan cupang baru ketika program ini selesai. Ada pula kesulitan dan halangan yang saya temui ketika melaksanakan program kerja ini, namun sudah dapat ditangani dengan beberapa modifikasi metode pelaksanaan agar program kerja ini dapat berjalan seperti yang telah saya jelaskan pada blog pertama saya. Melalui blog ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung saya selama saya menjalankan KMbD ini: Bapak I Ketut Margi selaku dosen pembimbing, Bapak Iwan Setiabudi selaku ketua program studi akuakultur, rekan-rekan sekelompok KMbD, teman-teman sejurusan maupun lintas jurusan, keluarga, dan para masyarakat sasaran. Akhir kata saya ucapkan terima kasih sekali lagi dan sampai jumpa.