Pengenalan Budaya dan Bahasa Jepang

“Learn to light a candle in the darkest moments of someone’s life. Be the light that helps others see; it is what gives life its deepest significance.”

  Roy T. Bennett, The Light in the Heart

            Pengalaman itu adalah guru yang baik, tapi ilmu pengetahuan adalah penuntun dan bekal yang berguna untuk mempersiapkan diri menapak masa depan. Mengalami sesuatu secara langsung adalah hal yang sangat berharga sekaligus pelajaran yang akan berguna untuk melatih kecakapan kita. Namun, tanpa dibekali pengetahuan dasar, pengalaman yang harusnya menjadi hal yang membangun, malah menjadi hal yang membuat kita kesulitan untuk menginjak kehidupan sosial lagi.

“Learn from the mistakes of others. You can’t live long enough to make them all yourself.”

– Eleanor Roosevelt

            Sama halnya dengan semua masyarakat sasaran saya, saya sekali pun belum pernah menginjakkan kaki saya di Negeri Sakura. Namun saya telah mendengar banyak pengalaman dari orang yang pernah tinggal di sana dan orang Jepang itu sendiri. Pengalam-pengalaman yang telah saya dengar menjadi informasi-informasi penting yang dapat membantu saya terhindar dari hal-hal yang tidak perlu. Menurut saya ini sangatlah praktis, maka dari itu saya membuat program pengenalan budaya dan bahasa Jepang.

            Melihat dan mendengar bagaimana orang Jepang sangat memperhatikan karakter sesorang dari bagaimana orang tersebut berinteraksi dan berekspresi, menurut saya ada 3 poin penting yang akan sangat dihargai dan berkesan bila orang asing dapat memperlihatkannya, yaitu:

1. Rasa syukur dan terima kasih

2. Rasa bersalah

3. Mementingkan kenyamanan bersama

            Selama melakukan kegiatan pengenalan huruf Jepang secara online dan offline, saya menyelipkan kegiatan-kegiatan pengenalan budaya dan bahasa Jepang, serta pengenalan lingkungan geografis Jepang.

            Rata-rata hal-hal yang dibahas sudah diketahui oleh masyarakat sasaran dari anime, drama Jepang, dan pelajaran Bahasa Jepang di sekolahnya. Namun, untuk penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa Jepang secara pasti, mereka masih belum terlalu memahaminya. Sehingga selama kegiatan pengenalan ini mereka memiliki banyak sekali pertanyaan untuk mengisi keingintahuan mereka.

            Kami tidak hanya membahas hal-hal tersebut dengan serius, terkadang dari saya atau dari mereka sendiri ada yang membuat lelucon dan kami tertawa bersama. Misalnya saja ketika membahas tentang todofuken, karena saya menggunakan full kanji dan hiragana, ada yang bercanda kepalanya tiba-tiba pusing, ada juga yang mengatakan rasanya ingin muntah. Benar-benar lucu sekali.

            Saat berbicara mengenai aisatsu mereka cukup tertarik mengetahui perbedaan dari setiap ungkapan yang muncul terutama di bagian akhir slide. Selain itu, mereka juga cukup kebingungan dengan ungkapan-ungkapan di bagian cara mengucapkan rasa terima kasih dan meminta maaf, karena ada lebih dari satu cara untuk mengungkapkan kedua rasa itu.

            Selain itu, saya juga menjekasan Ojigi yang merupakan budaya membungkukan badan untuk menyapa, berterima kasih, hingga meminta maaf. Pembagiannya ada 3 dan ini hal penting yang harus diketahui bila akan pergi ke Jepang.

            Materi-materi yang tidak kalah penting juga adalah aturan dalam menggunakan trasportasi umum untuk menghindari diomeli oleh orang Jepang disana, serta aturan tentang sampah. Setelah mendengar penjelasan saya, ada yang beranggapan kalau membuang sampah di Jepang itu cukup ribet dan tidak bisa sesembarangan di Indonesia. Misalnya saja, khusus untuk membuang barang berukuran besar, harus menghubungi orang dari perusahaan pengurus sampah dan membayar biaya pembuangan. Selain itu, membuang sampah dengan kantong plastik khusus tentunya sangat memakan biaya juga. Biasanya di Indonesia kita bisa menggunakan kantong plastik bekas hingga karung untuk membuang sampah.

            Di luar materi-materi yang telah saya siapkan, ketika berbincang santai saat istirahat bersama dengan masyarakat sasaran offline, saya juga menceritakan beberapa hal yang pernah saya alami ketika berinteraksi dengan orang Jepang. Misalnya saja tentang tempat-tempat wisata di Jepang, kehidupan sosial di sana, dan moto yang dibawa oleh orang Jepang untuk menjalani kehidupan mereka, misalnya saja “in time”. Walaupun bertemu secara langsung di kampus hanya sebentar dengan mahasiswa dan dosen dari Iwate University, saya telah mengerti banyak. Selain itu, saya memiliki seorang teman orang Jepang, komunikasi kami pun bisa dibilang cukup intens selama 2 tahun. Sebelumnya saya memiliki rencana untuk mempertemuakan teman saya ini dengan masyarakat sasaran saya, namun dikarenakan sekarang sedang ada Olimpic Ia harus melakukan tugasnya sebagai relawan. Itu sangat disayangkan sekali.

 

“Done is better than perfect.”

– Sheryl Sandberg

            Sebenarnya saya sangat ingin memberikan lebih banyak informasi dengan menggunakan media video dan praktek langsung, sehingga informasi yang didapatkan lebih mendalam. Namun dikarenakan waktu dan situasi yang kurang mendukung saya merasa kewalahan. Jadi saya memutuskan untuk melakukan apapun yang bisa saya lakukan, sehingga setidaknya semua materi yang harus diberikan, sudah selesai diberikan sebelum batas waktu yang ada. Untuk hal-hal yang ingin saya bagi selain itu, saya akan tetap meberikannya semampu saya dikemudian hari. Semoga informasi-informasi yang saya bagi ini dapat berguna bagi masyarakat sasaran dan orang di sekitarnya.    

Link video dokumentasi :

https://drive.google.com/file/d/1RP1utQwzefs-jaWVgM_n4jE2OYcOHVlV/view?usp=drivesdk

 

Tentang Penulis