Pengenalan Huruf Jepang Secara Daring

“Impossible is just an opinion.”

– Paulo Coelho

           Kegiatan KKNbD yang telah saya rancang seharusnya tidak ada yang full online, karena saya mementingkan kualitas dari ilmu yang nantinya akan diterima oleh masyarakat sasaran saya. Namun, dikarenakan PPKM yang harus dipatuhi, saya mengalami pembatasan untuk kembali ke Buleleng. Sebelum informasi tentang PPKM diberitakan, saya berada di Denpasar untuk mengunjungi sepupu yang merupakan salah satu masyarakat sasasaran saya. Tujuan utama hanyalah untuk melepas lelah dan melihat lingkungan yang baru. Saya tidak menyangka penyekatan yang dilakukan sangatlah ketat dan dilakukan dari pagi hingga malam. Dengan tidak memiliki surat vaksin ataupun surat pengantar dengan alasan yang kuat, saya tidak bisa kembali ke Buleleng. 

            Pada akhirnya saya harus melaksanakan kegiatan yang harunya semi-offline dan door to door menjadi online secara keseluruhan, walaupun itu hanya sebagian dari masyarakat sasaran yang ada. Selama masa persiapan materi saya sudah berpikir bahwa kegiatan pengenalan tentang huruf Jepang secara online tidak akan berjalan dengan baik, dan dengan hasil yang pernah saya bayangkan sebelum PPKM diumumkan. Ini sebenarnya membuat saya cukup tertekan, memikirkan jalan keluar yang tepat untuk tetap mencapi tujuan awal dengan cara yang berbeda.

            Saya memutuskan untuk menggunakan cara yang sangat sederhana dan semua orang memilikinya dalam pikiran mereka. Pemberian materi secara online diberikan dari tanggal 14 Juli hingga tanggal 27 Juli. Dengan 3 kelompok yang terdiri dari,

a) Kelompok III :  Hary Prayitna dan Sindy Ningtyas Utami

b) Kelompok IV : Luh Ita Sari dan Komang Intan Pratiwi Sukma Wardani

c) Kelompok V : Juanda Ade Pangayoman dan Daniel Agafe Widianto

*Pengelompokan terhadap masyarakat sasaran online dimulai dari kelompok 3 karena kelompok 1 dan 2 adalah kelompok masyarakat offline.

            Pemberian materi secara online saya lakukan lewat Google Meet, saya menjelaskan tiap detail cara penulisan huruf Hiragana dan Katakana kepada para peserta sasaran. Namun sebelum itu, saya telah memberikan materi berupa PPT dan video dengan mengirimkan link Google Drive dan link YouTube untuk video. Setelahnya mereka diminta untuk berlatih mengikuti cara penulisan yang ada di PPT dan contoh yang saya perlihatkan. Setelahnya mereka akan memperlihatkan hasil tulisan mereka dan terakhir saya memberikan sedikit koreksi terhadap huruf yang tengah mereka tulis (latihan).  

            Sebagai penutup kegiatan, saya membahas mengenai kesulitan yang mereka alami dan memberikan sedikit materi sampingan. Setiap pertemuan akan diberikan tugas berupa menulis huruf yang telah dipelajari dihari tersebut, serta akan dikumpulkan pada hari berikutnya (namun sesuai dengan kesepakatan). Setiap tugas yang telah dikumpulkan akan diperiksa dan diberikan komentar (feedback) bila ada yang kurang sesuai dan pujian. Feedback diberikan secara langsung lewat telpon, untuk memastikan peserta sasaran menangkap semua feedback yang diberikan.

            Sebagai pengakhir dari pengenalan huruf hirahaga, saya mencoba menggunakan Quizizz sebagai medianya. Tes yang diberikan di Quizizz memang dapat dijawab dengan baik, namun saya merasa ini bukan cara yang tepat untuk diberikan, khususnya untuk mereka yang memang ingin mengenal huruf Jepang. Walaupun demikian saya tidak mengulang memberikan tugas di hiragana, melainkan saya mengubah caranya di pembelajaran katakana. Setelah mempelajari katakana hingga akhir, saya tidak memberikan tes, namun saya meminta mereka untuk menulis nama mereka dengan menggunakan katakana. Menurut saya, dibandingkan dengan tes, menulis langsung dengan kemampuan mereka sendiri mereka akan mengingatnya dengan lebih baik.

            Menulis nama dengan menggunakan katakana memang bukanlah hal yang sulit, kita hanya perlu menggunakan huruf yang sudah ada saja. Namun, akan ada beberapa perubahan penulisan yang tidak ada di list katakana yang diberikan. Ini lumayan memakan waktu. Namun di sinilah mereka kesulitan untuk tahu mana huruf yang tepat untuk digunakan. Mereka mencari-cari, mulai bertanya dengan aktif, dan inilah yang membuat saya yakin ini merupakan cara yang tepat. Dengan berusaha aktif mereka dapat mengingat huruf-huruf yang mereka pelajari.

We need to accept that we won’t always make the right decisions, that we’ll screw up royally sometimes – understanding that failure is not the opposite of success, it’s part of success.

– Arianna Huffington

            Disini saya mengambil kesimpulan bahwa belajar itu tidak harus diakhiri dengan tes tapi dengan pengalaman yang dapat mereka ingat. Di sini saya juga belajar untuk lebih memikirkan metode yang tepat pada tiap kondisi dan situasi, karena untuk mencapai suatu tujuan yang sama untuk tiap orang, kondisi dan situasinya tidaklah sama.The same boiling water that softens the potato hardens the egg.” Untuk masyarakat offline yang bisa saya temani dan dukung secara langsung, belajar lalu tes bukanlah hal yang berat dan tentunya tes itu bukanlah akhir, karena ada pembahasan secara langsung. Tapi bagi masyarakat offline, mereka tidak dapat saya temani dan dukung secara langsung. Bila tes dijadikan patokan, pengenalan yang saya berikan secara daring tidak akan ada yang melekat.  

            Semoga dengan apa yang saya berikan selama pengenalan huruf Jepang dapat menjadi bekal bagi mereka untuk mencapai sesuatu di masa depan. Terutama untuk Ita, Intan, dan Hary yang memiliki cita-cita untuk pergi ke Jepang mengejar karir ataupun jodoh. Untuk Juan dan juga Daniel, semoga kalian bisa saling berkirim pesan dengan orang Jepang yang kalian temui di game online. Walaupun akan sulit untuk ketahap mengerti, setidaknya kalian bisa membaca.

Link video dokumentasi : https://drive.google.com/file/d/1ROtO292O2aRuhhKe7-FyLjJqMPPVoWCG/view?usp=drivesdk

Tentang Penulis