Pengenalan Huruf Jepang Secara Daring
- Oleh Luh Lindayani
- Thursday 05/08/2021
- Kelompok 114, Kelompok, Kelompok
“Impossible is just an opinion.”
– Paulo Coelho
Kegiatan KKNbD yang telah saya
rancang seharusnya tidak ada yang full online, karena saya mementingkan
kualitas dari ilmu yang nantinya akan diterima oleh masyarakat sasaran saya.
Namun, dikarenakan PPKM yang harus dipatuhi, saya mengalami pembatasan untuk
kembali ke Buleleng. Sebelum informasi tentang PPKM diberitakan, saya berada di
Denpasar untuk mengunjungi sepupu yang merupakan salah satu masyarakat
sasasaran saya. Tujuan utama hanyalah untuk melepas lelah dan melihat
lingkungan yang baru. Saya tidak menyangka penyekatan yang dilakukan sangatlah
ketat dan dilakukan dari pagi hingga malam. Dengan tidak memiliki surat vaksin
ataupun surat pengantar dengan alasan yang kuat, saya tidak bisa kembali ke
Buleleng.
Pada akhirnya saya harus
melaksanakan kegiatan yang harunya semi-offline dan door to door menjadi online secara keseluruhan, walaupun itu
hanya sebagian dari masyarakat sasaran yang ada. Selama masa persiapan materi saya sudah berpikir
bahwa kegiatan pengenalan tentang huruf Jepang secara online tidak akan
berjalan dengan baik, dan dengan hasil yang pernah saya bayangkan sebelum PPKM
diumumkan. Ini sebenarnya membuat saya cukup tertekan, memikirkan jalan keluar
yang tepat untuk tetap mencapi tujuan awal dengan cara yang berbeda.
Saya memutuskan untuk
menggunakan cara yang sangat sederhana dan semua orang memilikinya dalam
pikiran mereka. Pemberian materi secara online diberikan dari tanggal 14 Juli
hingga tanggal 27 Juli. Dengan 3 kelompok yang terdiri dari,
a) Kelompok III : Hary Prayitna dan
Sindy Ningtyas Utami
b) Kelompok IV : Luh Ita Sari dan Komang Intan Pratiwi Sukma Wardani
c) Kelompok V : Juanda Ade Pangayoman dan Daniel Agafe Widianto
*Pengelompokan terhadap masyarakat sasaran online dimulai dari kelompok 3
karena kelompok 1 dan 2 adalah kelompok masyarakat offline.
Pemberian materi secara
online saya lakukan lewat Google Meet,
saya menjelaskan tiap detail cara penulisan huruf Hiragana dan Katakana kepada
para peserta sasaran. Namun sebelum itu, saya telah memberikan materi berupa
PPT dan video dengan mengirimkan link Google Drive dan link YouTube untuk
video. Setelahnya mereka diminta untuk berlatih mengikuti cara penulisan yang
ada di PPT dan contoh yang saya perlihatkan. Setelahnya mereka akan
memperlihatkan hasil tulisan mereka dan terakhir saya memberikan sedikit
koreksi terhadap huruf yang tengah mereka tulis (latihan).
Sebagai penutup kegiatan,
saya membahas mengenai kesulitan yang mereka alami dan memberikan sedikit
materi sampingan. Setiap pertemuan akan diberikan tugas berupa menulis huruf
yang telah dipelajari dihari tersebut, serta akan dikumpulkan pada hari
berikutnya (namun sesuai dengan kesepakatan). Setiap tugas yang telah
dikumpulkan akan diperiksa dan diberikan komentar (feedback) bila ada yang kurang sesuai dan pujian. Feedback diberikan secara langsung lewat
telpon, untuk memastikan peserta sasaran menangkap semua feedback yang diberikan.
Sebagai pengakhir dari
pengenalan huruf hirahaga, saya mencoba menggunakan Quizizz sebagai medianya. Tes yang diberikan di Quizizz memang dapat dijawab dengan
baik, namun saya merasa ini bukan cara yang tepat untuk diberikan, khususnya
untuk mereka yang memang ingin mengenal huruf Jepang. Walaupun demikian saya
tidak mengulang memberikan tugas di hiragana, melainkan saya mengubah caranya
di pembelajaran katakana. Setelah mempelajari katakana hingga akhir, saya tidak
memberikan tes, namun saya meminta mereka untuk menulis nama mereka dengan
menggunakan katakana. Menurut saya, dibandingkan dengan tes, menulis langsung
dengan kemampuan mereka sendiri mereka akan mengingatnya dengan lebih baik.
Menulis nama dengan
menggunakan katakana memang bukanlah hal yang sulit, kita hanya perlu
menggunakan huruf yang sudah ada saja. Namun, akan ada beberapa perubahan
penulisan yang tidak ada di list katakana yang diberikan. Ini lumayan memakan
waktu. Namun di sinilah mereka kesulitan untuk tahu mana huruf yang tepat untuk
digunakan. Mereka mencari-cari, mulai bertanya dengan aktif, dan inilah yang
membuat saya yakin ini merupakan cara yang tepat. Dengan berusaha aktif mereka
dapat mengingat huruf-huruf yang mereka pelajari.
“We need to accept that we won’t always make the right decisions, that
we’ll screw up royally sometimes – understanding that failure is not the
opposite of success, it’s part of success.”
– Arianna Huffington
Disini saya mengambil
kesimpulan bahwa belajar itu tidak harus diakhiri dengan tes tapi dengan pengalaman
yang dapat mereka ingat. Di sini saya juga belajar untuk lebih memikirkan
metode yang tepat pada tiap kondisi dan situasi, karena untuk mencapai suatu
tujuan yang sama untuk tiap orang, kondisi dan situasinya tidaklah sama. “The
same boiling water that softens the potato hardens the egg.” Untuk masyarakat
offline yang bisa saya temani dan dukung secara langsung, belajar lalu tes
bukanlah hal yang berat dan tentunya tes itu bukanlah akhir, karena ada
pembahasan secara langsung. Tapi bagi masyarakat offline, mereka tidak dapat
saya temani dan dukung secara langsung. Bila tes dijadikan patokan, pengenalan
yang saya berikan secara daring tidak akan ada yang melekat.
Semoga dengan apa yang
saya berikan selama pengenalan huruf Jepang dapat menjadi bekal bagi mereka
untuk mencapai sesuatu di masa depan. Terutama untuk Ita, Intan, dan Hary yang
memiliki cita-cita untuk pergi ke Jepang mengejar karir ataupun jodoh. Untuk
Juan dan juga Daniel, semoga kalian bisa saling berkirim pesan dengan orang
Jepang yang kalian temui di game online. Walaupun akan sulit untuk ketahap
mengerti, setidaknya kalian bisa membaca.
Link video dokumentasi : https://drive.google.com/file/d/1ROtO292O2aRuhhKe7-FyLjJqMPPVoWCG/view?usp=drivesdk