Program Kerja Tambahan
- Oleh Luh Lindayani
- Thursday 05/08/2021
- Kelompok 114, Kelompok, Kelompok
“Do what you can, with what you have,
where you are.”
Theodore Roosevelt
A. Pembelajaran 12 Tenses
Selama menempuh pendidikan di
bangku sekolah menengah atas, pelajaran yang paling sering saya dapatkan adalah
Bahasa Inggris. Setiap hari dalam seminggu selalu ada pembelajaran Bahasa
Inggris. Bahkan sudah menjadi mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang pun saya tetap
mendapatkan pelajaran Bahasa Inggris. Saat itu saya berpikir,“Nothing came up
without a reason”. Benar saja, saya ternyata memerlukan ilmu-ilmu yang telah
saya dapatkan itu untuk membantu peserta sasaran saya, Intan Saraswati.
Walaupun telah menjadi seorang siswi SMA kelas 2, ternyata akibat dari belajar
dari rumah, motivasi belajarnya jadi menurun. Alhasil semua pengetahuannya
tentang tenses yang dulunya tidak bermasalah, perlahan mulai bermasalah.
Setelah mengukur kemampuan
Intan lewat beberapa pertanyan dan menunjukkan beberapa contoh kalimat, saya
berhasil memahami sampai mana ingatannya tentang Bahasa Inggris dasar. Selama
kegiatan pembelajaran, saya memulai dari menjelaskan aturan-aturan yang sama dengan tingkat sekolah menengah pertama. Saya mulai dari
aturan perubahan “kata ganti” pada setiap penulisan subjek atau objek,
penggunaan –s dan –es, dan penjelasan tentang
present tense. Lalu terakhir saya melanjutkan pemberian materi tentang past tense dan perfect tense, dan tes kecil untuk melihat sampai mana Intan dapat
mengingat materi-materi yang telah diberikan.
Walaupun saya kira materi
yang diberikan itu sangat mudah untuk diingat, tetapi ternyata Intan tetap
memerlukan waktu lebih untuk benar-benar menguasai penggunaan dan mengingat
rumus pada tenses, serta
materi-materi yang diberikan sebelumnya.
Dalam kegiatan pengajaran
saya menggunakan media PPT yang sebelumnya pernah saya gunakan utuk mengajari
seseorang tentang tenses juga. Namun
PPT itu memiliki kekurangan yaitu materi yang terbaca hanya materi present tense saja. Untuk melengkapi itu
saya menggunakan buku LKS yang digunakan oleh Intan.
B. Zoom
Link video dokumentasi : https://drive.google.com/file/d/1RSAdwAP-2tJ_699Sy8zVSKl3fQqgbaKs/view?usp=drivesdk
Zoom merupakan platform meeting yang sering digunakan
selama masa pandemi ini untuk keperluan pribadi, bisnis, hingga pedidikan.
Walaupun sebenarnya aplikasi ini sangat mudah untuk digunakan, namun ternyata
tidak semua orang dapat mengerti bagaimana cara kerja dan fitur-fitur apa saja yang
disediakan oleh Zoom.
Bu Saryuningsih adalah
seorang tenaga pendidik di sebuah TK dan ibu dari Rara dan Ojis. Ketika
berkunjung ke sana untuk memberikan materi akhir pada Ojis dan Rara, beliau
meminta saya untuk mengajarinya tentang cara penjadwalan dan fitur-fitur yang
ada di Zoom. Ini hal yang sangat bagus menurut saya karena saya dapat
menggunakan pengetahuan saya untuk orang yang membutuhkan.
Saya memulai kegiatan
dengan memperkenalkan fitur-fitur yang ada di Zoom dan bagaimana nantinya
situasi saat memasuki room Zoom.
Setelahnya saya memberitahukan bagaimana caranya untuk membuka WhatsApp di
laptop. Awalnya saya kira Bu Yun sudah mengerti, tetapi ternyata Ia belum
pernah menggunakan WhatsApp Web. Jadi saya harus memberitahunya dari awal.
Beliau sangat hati-hati dan ingin belajar hingga Ia benar-benar bisa mandiri.
Ini hal yang bagus, namun waktu yang diperlukan juga tidaklah sedikit. Suami
beliau pun benar-benar mendukung istrinya untuk cepat bisa menguasainya, dari
titik awal hingga akhir.
Di hari Sabtu, hari
kegiatan penggunaan Zoom, saya diminta untuk mengawasi jalannya kegiatan. Saya
menyanggupinya. Saya datang lebih awal dari jadwal Zoom dikarenakan saya perlu
mengarahkan apa-apa saja yang perlu dilakukan oleh Bu Yun, selain itu saya
perlu mengatur beberapa hal karena ada masalah di audio laptopnya, sehingga
beliau harus menggunakan smartphonenya
untuk mendukung audio.
10 menit sebelum kegiatan
dimulai, saya ikut bergabung untuk memantau siapa-siapa saja yang hadir,
mengambil dokumentasi, dan melihat bila misalnya ada kendala di video atau
audio yang digunakan.
Hal yang saya khawatirkan
terjadi, Bu Yun lupa bedanya ikon mute
dan unmute. Dikarenakan hal itu, para
siswa tidak dapat menangkap intsuksi yang diberikan. Pekerjaan saya pun bertambah
1, saya harus beberapa kali memencet ikon mute
dan menyesuaikan dengan keinginan dari Bu Yun. Saat itu, saya merasa cukup
kewalahan karena suara Bu Yun yang terlalu keras dan saya harus mengawasi room juga. Selain itu, saya ada sebuah
kegiatan perencanaan dengan Iwate University mengenai mahasiswanya yang ingin
belajar Bahasa Indonesia.
Syukurlah walaupun memakan
waktu, Bu Yun dapat mengerti. Kalau dipikir-pikir kejadian hari itu sangatlah
lucu dan menarik. Setelahnya rasanya sangat menyenangkan, saya merasa telah
melakukan apa yang saya bisa dan kerja keras saya juga dihargai oleh Bu Yun dan
keluarganya. Dibandingkan merasa lelah, saya lebih merasa bersemangat. Tapi
tentunya sampai rumah, saya benar-benar merasa putus asa dengan rasa lelahnya.
“Don’t watch the
clock; do what it does. Keep going.”
Sam Levenson
Kedua program tambahan ini
muncul dari permasalah yang dialami oleh masyarakat sasaran dan keinginan dalam
diri masyarakat sasaran sendiri. Walaupun harus memaksakan diri sedikit, karena
ada hal-hal lain yang harus dilakukan, saya tetap merasa senang dan bersyukur
telah memutuskan untuk melaksanakan kedua program ini. Semoga kedepannya saya
bisa melakukan hal yang berguna bagi orang sekitar dan juga diri saya.