Minggu ke-3 & 4: Penyakit White Spot dan Mortalitas pada Ikan Cupang

23 Juli 2020

Ikan cupang milik Sharon tiba-tiba mati sedangkan ikan cupang milik Bryan terserang penyakit White Spot. Ikan cupang milik Sharon mati dalam keadaan perut sedikit mengembung dan berada di dasar Akuarium. Ikan cupang milik Bryan terdapat beberapa bintik putih pada bagian sirip, badan, dan mulut. Bintik putih merupakan gejala dari penyakit White Spot yang biasanya disebabkan oleh parasit protozoa, Ichthyophthirius multifiliis. Selain itu, warna ikan juga tampak pucat dan gelap serta ikan menjadi tidak aktif bergerak.

Penjelasan mengenai kematian pada ikan cupang milik Sharon
Dilihat dari kondisinya, ada beberapa kemungkinan penyebab kematian ikan tersebut, yaitu:

1. Ikan terserang penyakit sisik nanas atau dropsy. Penyebab penyakit sisik nanas masih belum jelas namun biasa diasosiasikan dengan pakan alami yang jelek, osmoregulasi yang buruk, serta infeksi. Kematian ini kemungkinan besar terjadi karena Sharon telat dalam mengidentifikasi dan menangani penyakit tersebut. Tentu bagi pemula, ikan bisa saja tampak sehat, namun sebenarnya ada beberapa perubahan kecil yang tanpa disadari merupakan indikator yang krusial. Menurut Sharon, ikan tersebut masih mau makan sehari sebelumnya sehingga hal tersebut sedikit berkontradiksi dengan salah satu gejala penyakit sisik nanas, yaitu tidak mau makan. 

2. Kualitas dari toko tempat ikan tersebut berasal jelek. Dalam praktek budidaya ikan hias, terdapat kasus ketika pembudidaya menyuntikan hormon atau "cat" yang memaksakan ikan mereka untuk mengeluarkan warna yang lebih cerah dan bagus dari biasanya. Akibatnya, umur ikan jadi lebih pendek dari umur normal dan apabila selamat, menjadi mandul.

3. Pemeliharaan yang kurang bagus seperti jarang membersihkan akuarium, tidak membuang sisa pakan, dll. Hal ini sering terjadi di kalangan pemula. Semakin kecil akuarium, maka semakin sering juga dibersihkan agar tidak terjadi akumulasi ammonia.

4. Faktor lingkungan seperti suhu pada air di akuarium. Secara tidak langsung, faktor lingkungan juga dapat berkontribusi dalam mortalitas ikan mengingat parameter kualitas air juga dapat menjadi penentu dalam keberhasilan pemeliharaan ikan. Hal ini berhubungan dengan penyebab penyakit ikan cupang milik Bryan dan akan dijelaskan lebih lanjut nanti.

Sesuai dengan prosedur, kematian BUKAN merupakan pertanda bahwa program telah gagal dan saya memaklumi hal ini karena Sharon belum pernah memelihara ikan cupang sebelumnya. Saya memutuskan agar Sharon membantu Bryan dalam merawat ikan cupang yang sakit sehingga Sharon tidak perlu membeli ikan Cupang baru. Ikan cupang yang mati lalu dikuburkan di halaman mereka.

Penjelasan mengenai penyebab penyakit White Spot pada ikan cupang milik Bryan

White Spot adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Kemungkinan parasit tersebut berasal dari tempat ikan tersebut dibeli NAMUN hanya menyerang ikan ketika sistem pertahanan tubuh ikan melemah akibat parameter kualitas air melebihi batas toleransi ikan. Saya sempat menanyakan seorang penjual ikan hias apakah ikan mereka juga terkena penyakit yang sama dan jawabannya adalah iya. Salah satu penjual ikan hias di Sesetan, Denpasar Selatan (tidak jauh dari rumah Sharon dan Bryan) mengaku bahwa 16 ekor ikan Koinya mati akibat terserang penyakit white spot dan ikan oscarnya terkena infeksi penyakit yang sama. Menurutnya, hawa dan anginnya belakangan ini sedang "jelek", bahkan dengan bantuan heater, dan saya akan sedikit membahas tentang ini.

Penyebab Hawa dan Angin yang "Jelek"

Anda mungkin tidak sadar namun belakangan ini suhu di Bali pada malam hari menjadi lebih dingin dari biasanya. Saya beberapa hari lalu sempat balik ke Singaraja karena urusan pribadi dan menyadari bahwa suhu udaranya di malam hari juga lebih dingin dari biasanya. Lalu mengapa demikian? Hal ini ada hubungannya dengan angin muson timur yang biasa terjadi dari bulan April hingga Oktober. Angin muson timur membawa angin yang bertiup dari Australia menuju Asia. Saat ini, Australia sedang mengalami musim salju (dimulai pada tanggal 1 Juni 2020 dan diprediksi akan berakhir pada tanggal 31 Agustus 2020) sehingga angin yang terbawa adalah angin dingin, walaupun ketika sampai di Indonesia suhunya sudah naik sedikit, namun masih tetap dingin bagi daerah tropis. Fluktuasi suhu yang menyebabkan panas di siang hari dan dingin yang tidak biasa di malam hari mengakibatkan ikan rentan terhadap serangan penyakit.

Proses pengobatan penyakit White Spot
Metode pengobatan yang saya ajarkan ke Bryan adalah sebagai berikut:

1. Persiapkan tempat karantina. Tempat karantina yang digunakan adalah gelas besar yang sudah berisikan air dicampur dan diaduk dengan garam ikan (1 sendok teh) dan obat biru yang mengandung methylene blue (teteskan hingga air menjadi biru muda)

2. Pindahkan ikan ke tempat karantina lalu tunggu selama 1 jam, akan pasti akan sedikit "teler" dan kadang posisi badannya ke samping. Hal ini merupakan reaksi yang normal.

3. Sambil menunggu ikan, berikan obat (sampai air berwarna biru) dan garam (3 sendok teh) ke akuarium untuk memastikan bahwa parasit yang melekat di akuarium mati. Tunggu setengah jam lalu cuci dengan bersih.

4. Akuarium yang sudah dikarantina dan dibersihkan diisikan dengan air. Tambahkan garam sebanyak 3 sendok teh dan obat sampai warna airnya menjadi sedikit biru muda lalu aduk dengan rata.

5. Setelah 1 jam, pindahkan ikan ke akuarium yang telah disiapkan. Ikan terlihat seperti "teler" merupakan reaksi yang wajar.

6. Lakukan selama beberapa hari proses yang sama namun tidak lebih dari 1 minggu. Selama masa pengobatan, ikan TIDAK diberikan pakan.

Perlu diingat, metode pengobatan ini juga dapat gagal. Ikan sebaiknya jangan disentuh maupun diganggu agar tidak stres. Apabila ikan membuang kotoran, sebaiknya ambil kotoran dengan jaring ikan. Sirip pada ikan juga dapat menjadi rusak selama masa penyembuhan namun akan tumbuh kembali secara perlahan ketika sudah sembuh.


24-26 Juli 2020

Perawatan dilakukan dengan baik oleh Bryan dan Sharon. Terjadi sedikit kerusakan pada sirip kaudal dan anal ikan. Seiring berjalannya waktu, ikan mulai bergerak dengan aktif menandakan bahwa metode pengobatannya bekerja.


27-29 Juli 2020

Pada tanggal 27 Juli 2020, Bryan mengirimkan saya sebuah video melalui WhatsApp (Video saya unggah ke Facebook pribadi, link: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=317175299689343&id=100041906259193&sfnsn=wiwspmo&extid=c8zUy4W7U57LsYdU&d=n&vh=i). Ikan cupang tersebut sudah tampak aktif berenang dan Bryan memberitahu saya bahwa ikan tersebut sudah mau makan. Hal ini menandakan bahwa ikan cupang tersebut sudah sembuh namun saya tetap memberitahukan Bryan agar tetap membersihkan akuarium dan memberikan garam serta obat pada akuarium selama beberapa hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah ikan sakit lagi. Pada tanggal 29 Juli 2020, saya mengunjungi kediaman Bryan dan Sharon untuk melihat perkembangannya. Warna ikan sudah menjadi cerah seperti semula namun terdapat sedikit kerusakan pada sirip. Hal ini wajar dan sirip akan tumbuh kembali secara perlahan. Ikan sudah sepenuhnya dapat dipastikan sembuh.