Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai Central Character Building anak-anak Kampung Sukamaju
- Oleh Acep Taufik Hidayat
- Friday 30/07/2021
- Kelompok 152, Kelompok, Kelompok
Pandemi covid-19
yang melanda memaksa kegiatan belajar dan mengajar dirumahkan. Artinya, siswa akan
didampingi oleh orangtua masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran. Kondisi
ini menjadi masalah bagi para orangtua siswa di kampung sukamaju.
Mayoritas masyarakat
kampung sukamaju berprofesi sebagai petani dan juga buruh tani yang bekerja
dari pagi hingga sore untuk memenuhi kebutuhan hidupnya memiliki keterbatasan
dalam mengatur waktu anak-anak mereka untuk belajar. Ditambah dengan kompetensi
mereka yang kurang memadai mengenai Pendidikan dan pedagogic memperparah kesenjangan
Pendidikan dimasa pandemic dikampung ini. Tidak sedikit orangtua yang
mengeluhkan mengenai pembelajaran jarak-jauh ini speerti yang di ungkapkan oleh
Apep, orangtua salahsatu anak yang ikut TBM “kondisi pandemic ini membuat saya
kewalahan dalam memberikan pelajaran keanak saya karena selain memberikan
pelajaran, saya juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya”
ujar nya. Casmidi, orangtua siswa di TBM juga menambahkan “ boro-boro mengajari
anak saya , saya juga gabisa”. Artinya, masih banyak orangtua yang belum
memiliki pengetahuan dan kompetensi untuk mengajari anaknya.
Selain itu,
kondisi pembelajaran jarak jauh ini juga menimbulkan masalah pada character
building anak-anak di kampung sukamaju. Dirumah, mereka kurang diajarkan
mengenai moral dan sosialiasi dna interaksi antar teman sebayanya. Ditambah pengaruh
gadget yang mulai menjajah kehidupan mereka, hamper setiap saat mereka hanya
asyik dengan gadgetnya tanpa mengetahui peristiwa di sekitarnya. Padahal pembangunan
karakter untuk anak-anak sangat penting. Sikap toleransi, empati dan sopan
santun perlu diajarkan dan hanya melalui interaksi antar sesamalah Pendidikan karakter
itu akan terbangun.
Pendidikan jarak
jauh (PJJ) hanya menyentuh aspek ta’lim tanpa memperhatikan aspek ta’dzib.
Dalam Pendidikan anak, dikenal tiga istilah yang dikatakan sebagai
framework Pendidikan anak oleh pakar Pendidikan kelaurga yaitu Harry Santosa
(2018) . Tiga istilah tersebut adalah ta’dzib, ta’lim dan tadris. Ta’dzib
adalah suatu tahapan Pendidikan anak yang focus pada Pendidikan karakter anak seperti
sopan santun, empati, toleransi, kemapuan bertinteraksi antar sesama dan
sebagainya. Ta’lim adalah tahapan Pendidikan yang berfokus pada pengembangan
ilmu pengetahuan. Sedangkan tadris adalah suatu tahapan Pendidikan untuk
mengembankan ilmu pengetahuan agar dapat disebarluaskan kepada semua orang (Santosa,
2018). Pembelajaran jarak jauh belum sampai memberikan Pendidikan pada aspek ta’dzib
tadi karena kondisi yang memaksakan sekolah tanpa pertemuan.
Jika
menilik pada kondisi persebaran covid-19 di kampung sukamaju, sampai sekarang
ini kampung sukamaju belum ditemukan kasus covid satupun. Hal ini dikarenakan
oleh kondisi geografis kampung ini yang terletak jauh dari pusat kota dan
keramaian. Hal ini juga disebabkan karena sedikit sekali mobilisasi masyarakat
kampung ini ke kota atau keluar kampung. Sehingga kondisi masyarakat dikampung
ini terkontrol aman.
Atas dasar itu
lah, saya membuat sebuah Taman Bacaan Masyarakat Sukamaju sebagai alternativ pembelajaran
bagi anak-anak dikampung ini. Taman bacaan ini hadir untuk menjawab keresahan
para orangtua perihal Pendidikan anaknya. Pada taman belajar ini saya mencoba
menyentuh aspek ta’dzib dalam pembelajaran nya dan pembelajaran yang berkonsep have
fun.
Taman Bacaan
Masyarakat difasilitasi oleh buku-buku bacaan anak, dongeng, kisah kisah
inspiratif dan buku-buku edukasi lain nya. Buku ini dihimpun secara mandiri
melalui aksi donasi buku yang dilakukan oleh saya Bersama relawan TBM ini. Selain
itu TBM sukamaju juga diisi dengan kegiatan belajar yang menyenangkan.