Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai Central Character Building anak-anak Kampung Sukamaju

Pandemi covid-19 yang melanda memaksa kegiatan belajar dan mengajar dirumahkan. Artinya, siswa akan didampingi oleh orangtua masing-masing dalam melaksanakan pembelajaran. Kondisi ini menjadi masalah bagi para orangtua siswa di  kampung sukamaju.

Mayoritas masyarakat kampung sukamaju berprofesi sebagai petani dan juga buruh tani yang bekerja dari pagi hingga sore untuk memenuhi kebutuhan hidupnya memiliki keterbatasan dalam mengatur waktu anak-anak mereka untuk belajar. Ditambah dengan kompetensi mereka yang kurang memadai mengenai Pendidikan dan pedagogic memperparah kesenjangan Pendidikan dimasa pandemic dikampung ini. Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan mengenai pembelajaran jarak-jauh ini speerti yang di ungkapkan oleh Apep, orangtua salahsatu anak yang ikut TBM “kondisi pandemic ini membuat saya kewalahan dalam memberikan pelajaran keanak saya karena selain memberikan pelajaran, saya juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya” ujar nya. Casmidi, orangtua siswa di TBM juga menambahkan “ boro-boro mengajari anak saya , saya juga gabisa”. Artinya, masih banyak orangtua yang belum memiliki pengetahuan dan kompetensi untuk mengajari anaknya.

Selain itu, kondisi pembelajaran jarak jauh ini juga menimbulkan masalah pada character building anak-anak di kampung sukamaju. Dirumah, mereka kurang diajarkan mengenai moral dan sosialiasi dna interaksi antar teman sebayanya. Ditambah pengaruh gadget yang mulai menjajah kehidupan mereka, hamper setiap saat mereka hanya asyik dengan gadgetnya tanpa mengetahui peristiwa di sekitarnya. Padahal pembangunan karakter untuk anak-anak sangat penting. Sikap toleransi, empati dan sopan santun perlu diajarkan dan hanya melalui interaksi antar sesamalah Pendidikan karakter itu akan terbangun.

Pendidikan jarak jauh (PJJ) hanya menyentuh aspek ta’lim tanpa memperhatikan aspek ta’dzib. Dalam Pendidikan anak, dikenal tiga istilah yang dikatakan sebagai framework Pendidikan anak oleh pakar Pendidikan kelaurga yaitu Harry Santosa (2018) . Tiga istilah tersebut adalah ta’dzib, ta’lim dan tadris. Ta’dzib adalah suatu tahapan Pendidikan anak yang focus pada Pendidikan karakter anak seperti sopan santun, empati, toleransi, kemapuan bertinteraksi antar sesama dan sebagainya. Ta’lim adalah tahapan Pendidikan yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan tadris adalah suatu tahapan Pendidikan untuk mengembankan ilmu pengetahuan agar dapat disebarluaskan kepada semua orang (Santosa, 2018). Pembelajaran jarak jauh belum sampai memberikan Pendidikan pada aspek ta’dzib tadi karena kondisi yang memaksakan sekolah tanpa pertemuan.

Jika menilik pada kondisi persebaran covid-19 di kampung sukamaju, sampai sekarang ini kampung sukamaju belum ditemukan kasus covid satupun. Hal ini dikarenakan oleh kondisi geografis kampung ini yang terletak jauh dari pusat kota dan keramaian. Hal ini juga disebabkan karena sedikit sekali mobilisasi masyarakat kampung ini ke kota atau keluar kampung. Sehingga kondisi masyarakat dikampung ini terkontrol aman.

Atas dasar itu lah, saya membuat sebuah Taman Bacaan Masyarakat Sukamaju sebagai alternativ pembelajaran bagi anak-anak dikampung ini. Taman bacaan ini hadir untuk menjawab keresahan para orangtua perihal Pendidikan anaknya. Pada taman belajar ini saya mencoba menyentuh aspek ta’dzib dalam pembelajaran nya dan pembelajaran yang berkonsep have fun.

Taman Bacaan Masyarakat difasilitasi oleh buku-buku bacaan anak, dongeng, kisah kisah inspiratif dan buku-buku edukasi lain nya. Buku ini dihimpun secara mandiri melalui aksi donasi buku yang dilakukan oleh saya Bersama relawan TBM ini. Selain itu TBM sukamaju juga diisi dengan kegiatan belajar yang menyenangkan.

Tentang Penulis