Minggu Pertama dengan Agenda: Sosialisasi KMbD kepada Masyarakat Sasaran & Diskusi Pentingnya Bersikap Open-Minded di Masa Pandemi Covid-19, Berlangsung melalui WaG
- Oleh Anak Agung Ayu Novi Triananda
- Saturday 11/07/2020
- Kelompok 185, Kelompok, Kelompok
Tanggal 9 Juli 2020, telah dilaksanakan sosialisasi mengenai kegiatan KMbD bersama masyarakat sasaran melalui forum diskusi WaG; mengelaborasikan mengenai apa itu KMbD, menjelaskan tujuan dilaksanakannya KMbD, menginformasikan topik yang akan dijadikan sebagai landasan pembuatan proker, memberitahukan judul proker dan target masyarakat sasaran, penyaluran informasi mengenai rencana proses pelaksanaan dalam bentuk media Power Point, serta permohonan ijin kepada masyarakat sasaran untuk sekiranya dapat membantu membagikan informasi yang didapat melalui forum diskusi WaG ke media sosial pribadi masing-masing, kemudian melampirkan Screenshoot sebagai lampiran bukti telah membagikan materi ke media sosial masing-masing.
Kegiatan sosialisasi yang berlangsung pada pukul 16.00 sore itu berlangsung dengan lancar dalam situasi yang formal. Seluruh masyarakat sasaran menunjukkan respon yang baik sebagai bentuk partisipasi dalam kegiatan tersebut. Terlihat bahwa masyarakat sasaran nampak sudah cukup paham atas informasi yang diberikan, dibuktikan dengan tidak adanya pertanyaan yang muncul selama proses sosialisasi di WaG. Sosialisasi yang dilaksanakan pada 9 Juli tersebut akan melampirkan bukti kegiatan berupa Screenshoot chat WaG dan juga Screenshoot Power Point yang digunakan sebagai media penyampaian informasi mengenai rencana proses pelaksanaan KMbD.
Pada hari selanjutnya, yaitu pada tanggal 10 Juli 2020, telah dilaksanakan kegiatan diskusi bersama masyarakat sasaran yang dilangsungkan melalui chat pada WaG dengan materi diskusi, yaitu:
Bertukar pikiran dan berbagi informasi mengenai pentingnya bersikap open-minded di tengah Pandemi Covid-19 pada duwasa ini.
Diskusi yang berlangsung pada 19.00 malam itu berlangsung dengan lancar dalam situasi yang formal. Masyarakat sasaran memberikan pandangan serta respon yang sangat beragam mengenai beberapa pertanyaan yang penulis lontarkan sebagai landasan diskusi pada WaG tersebut. Selama diskusi berlangsung, masyarakat sasaran menunjukkan perilaku yang sangat relevan dengan materi diskusi; open-minded. Penulis merasa senang karena masyarakat sasaran merupakan bagian dari contoh masyarakat yang bertindak serta berpikir secara open-minded. Hal tersebut terlihat dari cara masyarakat sasaran dalam menanggapi setiap pertanyaan yang disodorkan. Mereka memiliki pandangan yang luas dan terbuka dengan melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda sehingga dapat bersikap toleran terhadap sesama. Fleksibilitas dalam menerima, mendengar, dan memahami opini/pandangan yang beragam merupakan hal yang mereka lakukan pada diskusi yang berlangsung pada Jumat malam tersebut.
Sehubungan dengan Pandemi Covid-19 duwasa ini, masyarakat sasaran juga menyadari bahwa minimnya pengetahuan mengenai Covid-19 merupakan salah satu faktor penyebab masyarakat Kec. Negara kurang mampu dalam bersikap open-minded. Terlebih lagi beredarnya berbagai berita yang belum dipastikan kebenarannya menjadikan masyarakat tidak jarang ‘termakan oleh hoax’ yang dapat menimbulkan kecemasan berlebih sehingga tidak mampu untuk membedakan antara fear dan danger terlebih pada kondisi pandemi seperti ini. Padahal kecemasan tersebut dapat ditanggulangi dengan berbekal wawasan yang mumpuni serta dengan menelaah dan menganalisa informasi yang didapat dengan baik dan bijak.
Adapun pertanyaan yang mendasari diskusi yang berlangsung pada WaG tersebut antara lain:
1. Apa itu open-minded menurut kalian?
2. Apakah menurut kalian open-minded itu perlu diterapkan pada semua situasi dan kondisi?
3. Belum lama ini, ada kasus mengenai turis asing yang merasa terintimidasi dan diperlakukan secara rasis oleh masyarakat akibat kehadirannya di Kec. Negara pada masa Covid-19 ini. Saya percaya teman-teman sekalian sudah mengetahui mengenai kasus tersebut. Lalu, bagaimana tanggapan kalian mengenai hal itu? Apakah hal tersebut dikarenakan masyarakat Kec. Negara tidak bersikap open-minded karena faktor minimnya informasi yang dimiliki mengenai Covid-19?
Adapun respon dan tanggapan yang dilontarkan oleh masyarakat sasaran mengenai hal diatas sangatlah beragam. Untuk menampilkan tanggapan masyarakat sasaran pada forum diskusi WaG, penulis akan melampirkan Screnshoot chat group sebagai bukti kegiatan diskusi yang dilangsungkan pada Jumat, 10 Juli 2020 tersebut.
Kesimpulan dari setiap sesi diskusi juga telah tertera dan disampaikan langsung dalam WaG; Screenshoot chat WaG; diskusi open-minded
Adapun secara umum adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan atas pernyataan dari pandangan masyarakat sasaran, dapat disimpulkan bahwa open-minded merupakan suatu pola pikir/tindakan yang fleksibel dengan berbekal informasi yang valid serta dilandasi atas pemikiran yang terbuka, sehingga tidak menutup untuk bersedia dalam mendengar opini yang mungkin berlawanan arah dengan apa yang dipercayai sebelumnya. Bersikap open-minded bukan untuk mencari ataupun mengetahui 'siapa yang salah' atau 'siapa yang benar'. Pun, bukan untuk menentukan siapa yang memiliki kesamaan opini terbanyak dan mengaku menjadi 'mayoritas' sehingga mendiskriminasi opini 'minoritas'. Bersikap open-minded merupakan suatu tindakan/pola pikir yang mampu menelaah segala hal, baik itu opini maupun fakta sehingga bersifat universal dan tidak memihak. Bersikap open-minded juga sama artinya dengan 'bersikap toleran' sehingga dapat dengan berbesar hati mendengarkan dan memahami pendapat orang lain, tentu dengan sudut pandang yang berbeda pula. Namun, perlu menjadi catatan bahwa kata 'pemikiran yang terbuka' dalam hal ini bukan berarti kita menelan mentah-mentah mengenai hal apapun yang kita dapat. Ada baiknya untuk menelaah segala sesuatu dengan baik sehingga informasi apapun yang kita dapat bisa dipertanggungjawabkan untuk diri sendiri, terlebih untuk orang lain.
2. Berdasarkan atas pernyataan dari pandangan masyarakat sasaran, dapat disimpulkan bahwa bersikap open-minded itu perlu dalam kondisi dan siatuasi apapun. Pandangan yang berbeda bukan untuk menciptakan perpecahan, namun untuk memperkaya informasi. Bersikap open-minded mengajarkan masyarakat untuk saling terbuka terhadap sesuatu, bersikap toleran, dan saling menghargai atas opini satu sama lain. Sehubungan dengan hal tersebut, sikap open-minded akan berelasi dengan kemumpunian seseorang dalam menganalisa dan menelaah informasi, sehingga seperti apa yang masyarakat sasaran telah katakan, bahwasanya hal tersebut akan menjadi tolak ukur bagi masyarakat awam dalam hal ini masyarakat di Kec. Negara pada khususnya, sehingga tidak mudah 'termakan hoax' yang akan menciptakan kecemasan yang tidak berarti.
3. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat sasaran yang digagas merupakan suatu contoh masyarakat yang open-minded. Dilihat dari cara menanggapi mengenai kasus ini, masyarakat sasaran telah mampu berpikiran luas dan terbuka. Berpendapat dengan memposisikan diri dari dua sudut pandang yang berbeda; turis asing dan masyarakat. Pun, masyarakat sasaran juga 'melek informasi', dibuktikan dengan pola pikir mereka yang juga mempertimbangkan antara sebab-akibat. Dalam kasus ini, masyarakat Kec. Negara mencerminkan sikap mereka terhadap kasus yang terjadi bahwa mereka belum memiliki cukup bekal mengenai informasi tentang Covid-19, sehingga kecil kemungkinan untuk bisa berpikir luas dan terbuka. Adanya banyak informasi yang belum tentu kebenarannya juga membuat masyarakat terkadang termakan oleh 'hoax' sehingga tidak jarang mereka akan merasakan kecemasan yang berlebih akibat terlalu percaya oleh ‘hoax’ tersebut. Memang, tidak gampang menerima suatu prinsip dari luar yang berbeda bahkan bertentangan dengan prinsip dasar yang sudah dimiliki/dipercayai. Namun, jika masyarakat mampu dan mau untuk menelaah informasi yang mereka dapat dengan baik, tentunya mereka akan lebih bijak untuk menyikapi segala hal, contohnya seperti kasus ini.