Penyuluhan Pemberdayaan Ekonomi Kreatif
- Oleh I Gusti Ayu Pramita Agastyari
- Wednesday 28/07/2021
- Kelompok 20, Kelompok, Kelompok
Dilangsungkan pada tanggal 17 Juli 2021 secara daring ditengah pandemi Covid-19.
Tepat sehari setelah dilaksanakannya penyuluhan terkait tindak kekerasan dalam rumah tangga bersama ibu-ibu PKK Br. Grokgak, Kelurahan Sempidi. Penyusun kembali melakukan penyuluhan melalui media aplikasi whatsapp group tepatnya menggunakan fitur Video Call kegiatan ini berjalan dengan cukup baik meskipun ada beberapa kendala layaknya seperti jaringan internet dari peserta yang mengikuti kegiatan ini. Adapun tema yang diambil bersangkutan dengan solusi yang ditawarkan oleh penyusun guna meminimalisir tindak kekerasan dalam rumah tangga di masa pandemi.
Terlintaslah pemikiran terkait penyuluhan pemberdayaan ekonomi kreatif. Besarnya tindak kekerasan acapkali didasari karena penurunan pendapatan. Berhubung ibu-ibu PKK Br. Grokgak, Kelurahan Sempidi sebagian merupakan seorang ibu rumah tangga dan diantaranya termuat pula pegawai freelance, sehingga penyuluhan ini dirasa cocok dan selaras dengan problematika yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam materi yang disampaikan terkait pemberdayaan ekonomi kreatif, telah disusun dan dirancang beberapa hal yang membangun semangat serta rasa berani dalam berwirausaha. Dengan adanya semangat, tekad dan keberanian niscaya akan menimbulkan kemandirian dan berkurangnya rasa bergantung terhadap suami dalam memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Penyuluhan ini juga ditujukan bahwasannya penting menjadi perempuan yang memiliki intelektual tinggi walaupun sebatas ibu rumah tangga, mulai dari diasahnya kreatifitas.
Dari hasil penyuluhan pemberdayaan perempuan melalui ekonomi kreatif ini menimbulkan beberapa pernyataan, yakni adanya kesalahpahaman presepsi terhadap perempuan, bahwasannya perempuan itu dikodratkan hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga, mengurusi anak dan kebutuhan rumah serta dapur, di mana selebihnya terkait pencarian nafkah merupakan kewajiban suami, terlebih lagi masyarakat Bali yang kental dan terikat dengan adat istiadatnya sehingga seolah membatasi masyarakat khususnya perempuan untuk turut berkecimpung dalam pemenuhan pendapatan dalam keluarga.