Urgensi Pencegahan Stigma dan Penyebaran Hoax di Masa Pandemi Covid-19
- Oleh DAVID GREACY GEOVANIE
- Saturday 01/08/2020
- Kelompok 149, Kelompok, Kelompok
Singaraja, 28 Juli 2020
Stigma sosial dalam konteks kesehatan
adalah asosiasi negatif di antara orang-orang yang sama-sama memiliki
karakteristik tertentu dan/atau menderita penyakit tertentu. Dalam suatu wabah,
orang yang dianggap memiliki keterkaitan dengan penyakit tersebut mungkin
mengalami diskriminasi. Mereka mungkin diperlakukan secara berbeda dan/atau
kehilangan status. Stigma sosial dapat berdampak pada orang yang mengidap
penyakit itu, juga pengasuh, keluarga, teman, dan komunitas mereka. Orang yang
tidak menderita penyakit itu tetapi memiliki karakteristik lain yang sama
dengan kelompok ini juga dapat terkena stigma sosial. Wabah COVID-19 telah
mendatangkan stigma sosial dan perilaku diskriminatif. Orang dengan latar
belakang etnis tertentu dan siapa saja yang dianggap telah melakukan kontak
dengan virus tersebut adalah yang paling terkena dampaknya. Kurangnya
pengetahuan menyebabkan stigma sosial Stigma sosial yang terkait dengan
COVID-19 didasarkan pada tiga faktor utama:
1)
ini adalah penyakit baru dan masih banyak hal yang belum diketahui tentangnya
2)
kita seringkali takut akan hal yang tidak diketahui
3) mudah saja mengasosiasikan rasa takut itu dengan 'orang lain.
Stigma sosial ini
dikatakan urgensi karena dapat merusak kohesi sosial
dan secara tidak adil memarginalkan kelompok dan individu tertentu. Hal ini
membuat virus lebih mungkin untuk menyebar dan bisa mengakibatkan masalah
kesehatan yang lebih parah serta kesulitan mengendalikan wabah penyakit. Stigma
dapat:
?
Mendorong orang untuk menyembunyikan penyakit demi menghindari diskriminasi
?
Menghalangi orang untuk segera mendapatkan perawatan kesehatan
? Menghalangi niat orang untuk menerapkan perilaku sehat
Cara mengatasi stigma sosial Stigma sosial seputar penyakit menular mengurangi keefektifan respons. Untuk mengatasinya, kita harus membangun kepercayaan masyarakat pada layanan dan saran kesehatan. Kita harus memungkinkan masyarakat agar memahami penyakit ini, menerapkan langkah-langkah yang efektif dan praktis untuk mengendalikannya, dan agar menunjukkan empati kepada mereka yang terkena dampaknya. Bagaimana cara kita menyampaikan segala sesuatu seputar COVID-19 adalah sangat penting. Kita mendukung orang untuk mengambil tindakan yang efektif demi melawan penyakit ini ketika kita menciptakan suatu lingkungan yang menjadikan orang bisa mendiskusikan dan membahas penyakit ini serta dampaknya secara terbuka, jujur, dan efektif. Hal tersebut nantinya mengurangi rasa takut dan stigma sosial yang disebabkan oleh penyakit itu.
Upaya yang bisa dilakukan
1.
Sampaikan pesan-pesan kesehatan kunci dan pasang
poster-poster
2.
Ketahui fakta-fakta dan berbagilah pada sesama untuk
membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan
3.
Bantu masyarakat untuk menghindari hoax dan informasi yang
salah
4.
Bantu hilangkan stigma pada kelompok orang yang
dipersepsikan sebagai pembawa virus
5.
Bantu agar setiap keluarga dapat memiliki sarana dan mau
mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
6.
Bantu agar warga tahu apa yang harus dilakukan bila
mengalami gejala
7. Identifikasi kelompok warga yang berisiko tinggi: kelompok
lansia (lanjut usia) dan mereka dengan penyakit menahun (kronis) seperti
diabetes, penyakit jantung, paru-paru dan informasikan cara mengurangi risiko
tertular virus corona
Mencegah dan menghentikan stigma di sekitar kita tidak sulit bila semua pihak bersatu padu dalam berkomitmen untuk tidak menyebarkan prasangka dan kebencian pada kelompok tertentu yang terkait dengan COVID-19. Kita semua dapat ikut berperan untuk meminimalisir stigma negatif tersebut demi upaya bersama menanggulangi pandemi ini
URGENSI
BERITA HOAX :
Bertebarannya berita
hoax yang akhir-akhir ini semakin populer dengan memanfaatkan wabah Corona
Virus yang juga makin meningkat. Terhitung pada 1 April 2020 jumlah berita hoax
mencapai 405 kasus. Angka ini akan terus melonjak jika tidak adanya kesadaran
masyarakat. Masyarakat harus paham jika hoax dapat membunuh. Berikut dampak
hoax jika terus dibiarkan,
1.
Hoax dapat membunuh karakter manusia. Pada hoax terdapat manipulasi dan
kecurangan yang dapat menjatuhkan manusia itu sendiri. Jangka waktu yang lama,
tanpa disadari mental masyarakat akan terbentuk kearah pemahaman hoax. Gampang
sekali percaya dengan berita-berita hoax yang dikemas sedemikian rupa, seolah
memakai kacamata kuda tanpa hiraukan pembanding atau klarifikasi
berita/informasi.
2.
Berita bohong memicu kepanikan publik. Pikiran masyarakat tiba-tiba menjadi
imajiner membayangkan keadaan mengerikan tanpa memikirkan kepentingan orang
lain. Seperti contohnya, isu lockdown yang membuat harga di pasaran
meningkat tajam. Orang kaya mungkin tidak begitu keberatan dengan keadaan ini,
tapi masyarakat menengah ke bawah sangat kesulitan menghadapi situasi sulit
ini.
3. Hoax merupakan penipuan publik. Jika awal 2000an kita mengenal Mama minta pulsa, hari ini bentuk penipuan hoax lebih terstruktur. Seakan hoax mempengaruhi keseluruhan sektor kehidupan, sehingga orang tidak sempat klarifikasi terhadap kebenarannya. Hoax atau berita bohong adalah hal yang dapat membunuh. Suatu hal yang wajar jika hoax tidak bisa kita diterima dan harus dibunuh sesegera mungkin sebelum dia membunuh kita.
Tindakan
sederhana apa yang bisa kita lakukan agar tidak ikutan menyebarkan hoax?
Berikut tips dari Septiaji Eko Nugroho:
Hati-hati dengan judul
provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional
yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu.
Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar
menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau
mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita
yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih
mudah diminta pertanggungjawabannya.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs
di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang
sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat
setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di
internet yang mesti diwaspadai.
Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita.
Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat
berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan
kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang
bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada
kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari
Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom
pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa
yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.