Pelatihan Menanam Tumbuhan Pangan di Pekarangan Untuk Mengatasi Dampak Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19
- Oleh Kadek Yudi Andika
- Monday 03/08/2020
- Kelompok 297, Kelompok, Kelompok
Pandemi Covid-19 memberi dampak secara mengglobal termasuk juga masyarakat Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa Gobleg merupakan Desa yang berlokasi di sebelah selatan Kabupaten Buleleng, merupakan salah satu dari 17 desa di Kecamatan Banjar. Memiliki luas wilayah 1.915,710 Ha dan berada pada ketinggian 550-1300 MDPL. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani terutama mengolah sawah dan juga kebun cengkeh, selain itu juga sebagai buruh harian, pedagang dan wirausaha.
Akibat pandemi ini, masyarakat terkena berbagai dampak, terutama dalam hal keuangan. Hal ini terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja terutama bagi mereka yang bekerja di sektor pariwisata, berkurangnya pendapatan harian bagi mereka yang bekerja sebagai buruh harian karena mereka yang biasa bekerja di proyek pembangunan kini tidak ada pekerjaan proyek lagi. Permasalahan keuangan ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari-hari. Bagi mereka yang masih memiliki tabungan, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, tapi untuk mereka yang kehilangan penghasilan, hal ini merupakan masalah besar jika terus berlanjut. Selain faktor dari masyarakat karena berkurangnya penghasilan, sulitnya pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari ini juga terjadi akibat kekhawatiran masyarakat untuk berbelanja ke pasar serta adanya pembatasan dalam membuka toko atau warung.
Pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari sangat penting karena berkaitan dengan kebutuhan hidup. Dilansir dari healthline.com, dalam laporan yang disampaikan Archiv Fur Kriminologie tubuh manusia bisa bertahan hidup 8 sampai 21 hari tanpa makanan dan air,tetapi jika mendapat asupan air yang memadai, manusia akan sanggup bertahan sampai 2 bulan. Menurut studi yang dilakukan British Medical Journal dalam hal mogok makan, pelaku mogok makan bertahan 21 sampai 40 hari dan berakhir karena gejala yang parah mengancam jiwa pelaku. Dalam jurnal Nutrition, kemungkinan bertahan hidup juga dipengaruhi oleh indeks masa tubuh (IMT), laki-laki yang memiliki IMT di bawah 13 dan perempuan yang memiliki IMT di bawah 11 tidak akan bisa menopang hidupnya. Dalam sebuah artikel dalam British Medical Journal meyimpulkan bahwa mereka yang memiliki berat badan normal akan kehilangan berat badan dan jaringan otot mereka lebih cepat dibandingkan mereka yang gemuk ketika kelaparan selama 3 hari pertama.
Saya selaku mahasiswa pelaksana KMbD menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan pemenuhan bahan makanan itu dengan menanamnya sendiri di pekarangan rumah masing-masing. Program kegiatan ini ditawarkan sebagai solusi karena banyak faktor pendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Faktor tersebut diantaranya adalah kemudahan akses media tanam yakni tanah di pedesaan yang mudah didapat, kebutuhan nutrisi tanaman berupa kotoran hewan ternak, curah hujan yang cukup, hawa yang sejuk, dan juga mudah untuk mendapatkan bibit yang akan ditanam. Segala sumber daya yang ada ini sudah memenuhi kebutuhan tanaman yaitu air, udara, cahaya dan juga nutrisi. Dengan adanya sumber daya ini maka mitra hanya perlu mengelolanya semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang maksimal juga. Bagi mereka yang tidak memiliki kebun yang luas hal ini bukanlah masalah, karena kegiatan bercocok tanam ini dilakukan di pekarangan rumah. Lokasi yang sangat dekat memudahkan dalam proses pengamatan dan perawatan tanaman.
Program kegiatan ini dikemas dalam bentuk edukasi cara menanam dalam bentuk video dari laman youtube dan slideshow yang akan dibagikan di grup bersama masyarakat mitra. Pelaksanaan KMbD ini dimulai pada tanggal 6 Juli 2020 dengan membuat grup diskusi masyarakat sasaran di WhatsApp. Masyarakat sasaran berjumlah 10 orang yakni Nengah Yasni, Putu Muka, Kadek Sri, Putu Eka, Nengah Suken, Wayan Padet, Kadek Yuliarta, Luh De Ari, Ketut Bagia dan Nyoman Lani. Pada minggu pertama ini juga dilakukan pemberian materi menanam di pekarangan dalam bentuk slideshow dan video youtube.
Setelah di minggu pertama memperoleh materi menanam, di minggu berikutnya masyarakat melakukan penanaman tumbuhan pangan di pekarangan mereka masing-masing. Masyarakat sasaran menanam di pekarangan dengan polybag dan karung bekas. Tanaman yang ditanam berupa cabai, bayam, tomat, timun, serai, kecipir, buncis, pakcoy, jahe, kunyit, kencur, dan lengkuas. Tanaman ini didapat dari kebun namun dengan kondisi kurang terawat dan juga hasil dari pembenihan. Tumbuhan yang ditanam oleh masyarakat sasaran beragam tidak hanya berpatok pada materi yang diberikan. Beberapa jenis tanaman ini bisa dinikmati dalam beberapa bulan setelah ditanam, misalnya bayam dan pakcoy bisa ditanam dalam waktu 1,5 bulan setelah ditanam, sedangkan tanaman lain seperti cabai baru bisa dipanen 3-4 bulan setelah dipanen tergantung perawatan dan nutrisi yang diberikan.
Setelah dilakukan penanaman dan perawatan dari minggu kedua hingga minggu keempat, tahap terakhir dari kegiatan KMbD ini adalah kegiatan evaluasi untuk mengetahui bagaimana jalannya kegiatan ini, masalah yang dialami masyarakat mitra, dan juga masukan dari masyarakat sasaran. Dari hasil evaluasi pada tanggal 2 Agustus 2020, beberapa tanaman yang ditanam layu dan dimakan serangga, masyarakat saat ini juga sibuk dalam kegiatan panen cengkeh sehingga tanaman tidak bisa begitu diperhatikan. Meskipun demikian, masyarakat sasaran menilai program ini bermanfaat dan bisa diteruskan secara mandiri oleh mereka meskipun kegiatan KMbD sudah berakhir dan pandemi Covid-19 sudah tidak ada. Masyarakat juga memberikan masukan untuk nantinya jika akan mengadakan program seperti ini agar diberikan bantuan benih tanaman yang beragam dan bisa dipanen dengan cepat. Selain itu agar ditambah materi perawatan tanaman dari serangga atau hama.
Demikianlah rangkuman kegiatan KMbD yang saya lakukan di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, dengan program kegiatan pelatihan menanam tumbuhan pangan di pekarangan untuk mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Menurut saya pribadi, kegiatan ini masih belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena saya hanya memberikan materi tidak langsung terjun secara langsung membantu mereka dalam proses penanaman. Namun demikian, demi menghindari terjadinya penularan Covid-19 ini memang lebih baik hanya secara daring saja.